Friday, November 11, 2011

Mutiara Hadits : Hilangnya Ilmu dengan Wafatnya Ulama'


حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ حَدَّثَنَا جَرِيْرٌ عَنْ هِشَامَ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيْهِ سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ يَقُوْلُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ عِلْمًا إِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَ لَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَاسُ رُؤُسًا جُهَالاً فَسُئِلُوْا فّأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ أَضَلُّوْا. (رواه مسلم)

Artinya :
Qutaibah bin Said berkata kepada kami: Jarir berkata kepada kami: dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya : saya mendengar Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya Allah SWT tidak mencabut ilmu dari manusia dengan sekali cabutan, akan tetapi Ia mencabut ilmu tersebut dengan cara mencabut (nyawa) para Ulama, sehingga apabila tidak tersisa lagi seorang yang pandai (di dunia ini), maka orang – orang akan menunjuk seorang yang bodoh menjadi pemimpin (panutan) mereka. Kemudian mereka ditanya (tentang sesuatu perkara) kemudian mereka memberikan putusan tanpa menggunakan ilmu sehingga mereka menjadi tersesat dan menyesatkan orang lain. (HR. Muslim)


Penjelasan :
Hadits di atas menjelaskan bahwa di antara tanda – tanda hari kiamat kelak adalah hilangmya ilmu pengetahuan (terutama ilmu syari’at) dari dunia. Adapun cara hilangnya ilmu tersebut bukan dengan menghilangkan ilmu tersebut dari hati orang yang berilmu. Akan tetapi caranya adalah dengan mencabut nyawa orang yang berilmu, baik secara perorangan ataupun berkelompok, seperti wabah maupun peperangan sehingga tidak tersisas lagi di dunia ini kecuali orang – orang yang bodoh. Setelah habisnya orang berilmu, maka yang terjadi selanjutnya adalah orang – orang akan menjadikan orang yang bodoh sebagai panutan mereka sehingga yang terjadi setelah itu adalah kesesatan dan saling menyesatkan.
Hadits di atas juga memberikan kepada kita beberapa faedah. Yang pertama; keutamaan ilmu dan orang yang berilmu sehingga hilangnya ilmu menjadikan orang – orang menjadi tersesat dan saling menyesatkan. Kedua, makruh hukumnya mengangkat seorang pemimpin yang bodoh. Karena hal tersebut bisa menghancurkan umat karena kebodohannya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa apabila suatu urusan tidak diberikan kepada ahlinya, maka kehancuran tinggallah menunggu waktu. Begitu pula, Allah SWT menjadikan keleluasaan ilmu pengetahuan Thalut sebagai salah satu alasan atas pemilihan Thalut sebagai Raja bagi Bani Israil.
Adapun yang terakhir, haram hukumnya memberikan putusan (fatwa) terhadap suatu perkara yang kita tidak tau secara detail akan perkara tersebut. Hendaknya kita juga berhati – hati sebelum memberikan fatwa. Diriwayatkan bahwasanya Imam Syafi’i pernah ditanya tentang sesuatu dan beliau tidak menjawabnya, kemudian ditanyakan kepada beliau kenapa beliau belum menjawab juga pertanyaan tersebut. Maka beliau menjawab: aku tidak akan menjawab sebelum aku mengetahui mana yang lebih baik, diam atau menjawab.
Begitu pula, Imam Malik pernah ditanya tentang 42 permasalahan. 32 di antaranya beliau jawab dengan : SAYA TIDAK TAHU. Wallahu a’lam bis shawab.


Gorontalo, 11 November 2011

0 comments:

Post a Comment