Sunday, April 5, 2020

Menjadi Pribadi yang Bermanfaat


Manusia tak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sekaya apapun orang tersebut. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan orang lain. Dan setiap orang memiliki kelemahan dan keterbatasan. Di sinilah pentingnya kita memberi manfaat kepada orang lain. Setiap orang dapat memberi manfaat sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang ia miliki. Seorang guru dapat memberi manfaat dengan ilmu yang ia miliki. Seorang petani dapat memberi manfaat dengan hasil panen yang ia dapatkan.
Besar ataupun kecilnya manfaat yang kita berikan, bukanlah menjadi hal yang utama. Yang paling utama adalah niat ikhlas untuk memberi manfaat kepada orang. Keikhlasan ini yang akan menjadikan amalan yang terlihat kecil dan remeh di mata manusia, menjadi bernilai tinggi di hadapan Allah swt. Sebagai contoh, sering kali orang meremehkan peranan guru ngaji di kampung-kampung. Ya, orang-orang yang ikhlas untuk mengajarkan kepada anak-anak kita bagaimana cara membaca al-Quran, tanpa meminta imbalan sepeserpun. Bukannya mereka tak butuh akan uang, tetapi mereka segan untuk meminta hal itu, meski sebenarnya mereka berhak untuk mendapatkannya. Mungkin, jika bisa digambarkan, mereka ini seperti para sahabat nabi saw., yang digambarkan di dalam al-Qur’an dengan:
...يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيْمَاهُمْ لَا يَسْأَلُوْنَ النَّاسَ إِلْحَافًا...(البقرة: 273)
“...orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak...”.
Banyak orang yang meremehkan peranan mereka di masyarakat, padahal mereka memiliki peranan dan posisi penting dalam keilmuan Islam. Untuk mendalami ilmu keagamaan-langsung dari sumbernya-, seseorang harus menguasai bahasa Arab. Dan untuk menguasai bahasa Arab-beserta perangkat gramatika bahasa dan sasteranya-seseorang harus menguasai terlebih dahulu tulisan Arab. Dan penguasaan itu bisa diperoleh melalui-salah satunya-dengan belajar membaca al-Qur’an, karena dengan bahasa Arablah al-Qur’an diturunkan.
***
Rasulullah saw., bersabda:
خَصْلَتَانِ لَا شَيْءَ أَفْضَلُ مِنْهُمَا: اَلْإِيْمَانُ بِاللهِ وَالنَّفْعُ بِالْمُسْلِمِيْنَ. وَخَصْلَتَانِ لَا شَيْءَ أَخْبَثُ مِنْهُمَا: اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَالضُرُّ بِالْمُسْلِمِيْنَ.
“dua perkara yang tidak ada sesuatupun lebih baik dari keduanya, (yaitu) beriman kepada Allah swt., dan memberi manfaat kepada kaum muslim. Dan dua perkara yang tidak ada sesuatupun yang lebih kotor dari keduanya, (yaitu) menyekutukan Alla swt., dan membahayakan kaum muslim”.
Syaikh Nawawi al-Bantani di dalam kitab Nashaihul ‘Ibad menjelaskan bahwa memberi manfaat kepada kaum muslim dapat dilakukan dengan perkataan, jabatan, harta, atau anggota badan.[i] Segala hal yang memiliki potensi untuk mendatangkan manfaat bagi diri dan orang banyak, harus dijadikan peluang untuk berbuat kebajikan. Yang menarik dari hadis di atas adalah bagaimana Rasulullah saw., menyandingkan kalimat “memberi manfaat kepada kaum muslim” dengan “beriman kepada Allah swt.”. Ini menunjukkan bagaimana tingginya posisi “memberi manfaat” di dalam ajaran Islam. Syaikh Nawawi-di dalam kitab yang sama-menjelaskan bahwa hal itu karena semua perintah Allah berpusat pada dua hal, yaitu mengagungkan dzat-Nya dan bersikap welas asih kepada makhluk ciptaan-Nya. Oleh karenanya, perintah sholat disandingkan dengan perintah untuk berzakat, atau perintah bersyukur kepada-Nya yang disandingkan dengan perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua.[ii]
***
Saat ini, masyarakat Indonesia sedang menghadapi pandemi Covid-19, yang entah hingga kapan pandemi ini akan berakhir. Di bulan-bulan ini, masyarakat-terutama ekonomi lemah-akan menghadapi masa-masa sulit. Perekonomian bisa saja akan ambruk. Inilah saat yang tepat bagi kita untuk memberi manfaat bagi orang lain. Pemerintah dan pejabat dengan melakukan kebijakan-kebijakan yang tepat dan pro rakyat, ulama dengan memberikan nasehat-nasehat untuk terus bersabar dan mendekatkan diri kepada Allah, orang-orang kaya dengan menyisihkan sedikit dari hartanya dan membantu orang yang membutuhkan, dan orang-orang lemah dan terzhalimi dengan mendoakan para pemimpin dan dermawan dengan doa-doa kebaikan. Karena tiada penghalang antara Allah dengan doa-doa mereka.

Gorontalo, 05 April 2020


[i]lihat Nashaihul Ibad., h. 3-4.

0 comments:

Post a Comment